Powered By Blogger

Lalu Fadlurrahman

Minggu, 09 Maret 2008

It's my Life...(PART ONE)


Kisahku dimulai ketika seorang bayi dilahirkan di sebuah desa kecil bernama Wanasaba.Banyak yang mengira nama itu merupakan merupakan nama salah satu daerah di Jawa Tengah.Meraka salah.Sebenaranya Wanasaba terletak di daerah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.Sebuah desa yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.Dan mungkin saja sampai sekarang.Entahlah...!.Tepat ketika tanggal 21 September 1987 aku mulai mengucapakan salam kepada dunia dengan tangisku.Dengan penuh peluh seorang ibu yang bernama Baiq Ridwah(aku tahu nama itu sejak kapan...entahlah)menarik nafas penuh kelegaan setelah berjuang keras selama kurang lebih dua jam melahirkanku. Suami beliau yang bernama Lalu Zaenul hamdi berdoa penuh harap cemas menunggu kelahiran anak kedua mereka.Oh ya...aku anak kedua dari lima bersaudara. Dengan penuh hati-hati sang bapak mulai mengambilku dari seorang bidan yang membantu proses persalinan. Kata-kata dua kalimat syahadat mulai didengungkan secara berturut-turut mulai dari telinga kanan dan telinga kiriku. Sejak saat itu aku secara resmi sudah melakukan transaksi dengan Tuhan.Aku memanggil_NYA dengan sebutan Allah, DIA memanggilku dengan sebutan Muslim.Ya...aku seorang Muslim(Panggilan bagi siapa saja yang menganut agama Islam).Aku bersyukur menjadi seorang muslim bukan karena orang tuaku.Aku baru mulai menyadarinya. Islam memberikan solusi dari setiap permasalahan hidupku. ketika sebuah agama tidak pernah memberikan solusi dan ketenangan hidup bagi penganutnya, agama tersebut tidak layak disebut agama. Tetapi aku menemukannya dalam Islam. Islam telah memberikan ketenangan hidup dan pengalaman spiritual yang sulit untuk dijelaskan. Mungkin karena bagi setiap orang, pengalaman spiritual mereka berbeda-beda.Oke...aku kembali ke kisahku: Sejak kecil aku sulit membedakan antara perempuan dan laki-laki, pada awalnya aku kira semua manusia itu sama. hal ini mungkin karena faktor lingkungan sosialku. aku jarang sekali keluar rumah sehingga kesempatan bersosialisasi dengan orang di sekitarku sungguh atau hampir tidak pernah kulakukan. Masa kecilku tidak terlalu indah. Namun untuk privacy sebagian orang, aku tidak akan mengupas tuntas pengalaman kala itu. Cukup aku dan sebagian orang itu sajalah yang mengetahui. Akan aku simpan dalam memoriku yang paling dalam sehingga tidak mungkin bagi orang lain untuk menggapainya. Sudahlah pikirku. Eh...aku juga pernah menderita penyakit "Paru=Paru Basah" sejak umur dua tahun. penyakit itu mulai menggerogoti badanku, tak ayal tubuhku kala itu ibarat tulang tak berdaging. Orang-tuaku bingung harus kemana. Berada di tengah-tengah himpitan ekonomi dan kurang tersedianya fasilitas kesehatan kala itu membuat mereka harus memeras otak dan tenaga. Segala usaha telah mereka tempuh demi kesembuhanku. Pada akhirnya mereka menyerahkan segala keputusan kepada Allah melalui perantara para dokter yang mengoperasiku. Alhamdulillah akupun sembuh dan penyakit itu tidak pernah lagi bercokol di tubuhku, setidaknya itu yang kurasakan sampai sekarang. Tidah terhitung lagi berapa banyak biaya dan tenaga yang mereka habiskan...hanya untukku. Ketika mengingat hal itu, aku tak kuasa menahan diriku. Laki-laki yang terkenal dengan watak kerasnya, mau menang sendiri,anti kesedihan...,asumsi-asumsi itu hancur luluh seketika aku mengingat peristiwa itu. Tuhan...anak macam apakah aku ini..? ketika banyaknya fenomena sosial yang terjadi, seorang ibu tega mencekik leher anaknya, ayah yang membunuh anak kandungnya sendiri, orang tua yang menelantarkann anaknya sampai mati kelaparan. Apakah bukti-bukti itu tidak cukup membuatku sadar dan bersyukur betapa beruntungnya aku dilahirkan dari rahim seorang malaikat yang berwujud manusia. Ibu...Ayah...terimalah segala maafku. Apa yang harus aku lakukan dan berikan untuk membayar segala hutang-hutangku. Walaupun aku tahu kalian wahai "calon penghuni surga" tidak akan pernah menuntut hal itu sampai kapanpun. Pada suatu hari nanti aku bertekad akan membayarnya walaupun aku sadari sekarang aku belum mampu melakukannya. Biarlah air mata yang menetes pada saat aku menulis bagian ini, menjadi bukti bahwa sesungguhnya aku sangat mencintai kalian, walaupun aku tidak pernah mengucapkannya dengan kata-kata. Terima kasih aku ucapkan buat kalian, inspirasi dalam setiap langkah hidupku.....(To Be Continued)

1 komentar:

ardhi nugraha mengatakan...

Critanya begituw puanjang mas...
ada sinopsinya??